My Creativity

Si Tonggos
By : Achmad Cholish A.

Darto adalah pria desa yang sedah lulus dari SMA dan berhenti setahun untuk bekerja mencari dana buat melanjutkan studinya. Selama bekerja dia membantu menghidupi keluarganya yaitu ibu dan adiknya yang masih SD. Darto secara fisik memang beda dari yang lain. Kulitnya hitam, giginya agak tonggos dan rambutnya keriting, memang saat kecil dia sering diejek teman-temannya disekolah, awalnya memang Darto merasa putus asa atas keadaan ini, tapi Darto ketika melihat ada anak lain yang lebih kurang beruntung darinya, Darto mulai belajar tegar dan menganggap itu sebagai pujian baginya.
Tiba waktunya darto mendaftar dibeberapa universitas swasta di Jawa tengah, tapi semuanya tidak ada yang diterima saat test wawancara. Sampai akhirnya saat hampir batas waktu pendaftaran mahasiswa baru di jawa tengah hampir selesai Darto belum juga diterima,

Darto : (dalam hati) “sampai saat ini beberapa universitas belum juga menerimaku, huft... mau daftar di universitas negeri tapi uangku untuk daftar saja tidak cukup, Ya Allah beri aku petunjukmu“

Saat Darto makan di pinggir jalan, ada orang tua yang juga sedang makan disitu.

Orang tua : “ Dik, mau kemana? Kok bawa stopmap gitu?”
Darto : “ eh... ini pak, mau daftar kuliah “
Orang tua : “ kemana?”
Darto : “ ehh... sebenarnya sudah daftar di berbagai universitas swasta di Semarang pak, tapi belum diterima semua, ini aq juga bingung mau daftar kemana lagi pak, mau ke universitas negeri tapi saya tidak punya banyak uang, saya hanya orang desa yang ingin mencari ilmu di kota “

Orang tua : “ coba aja ke universitas negeri, masalah uang kan bisa nyusul?”
Darto : “ iya pak, tapi... “
Orang tua : “ yaudah nak... aku sudah selesai makan, makananmu sudah tak bayarin, nanti kembaliannya kamu ambil saja “
Darto : “ pak tapi saya bisa... “
Orang tua : “sudah, sudah... anggap saja ini rezekimu, o iya namamu siapa?”(tanya orang tua itu)
Darto : “ Darto pak”
Orang tua : “ o... Parto?”
Darto : “ Darto pak... Dartoo!”(tegaskan Darto)
Orang tua : “o.. iya Darto ya... yaudah saya pergi dulu” (orang tua itu berlalu)

Kemudian Darto melanjutkan makannya yang belum selesai, saat darto mau pergi, pedagang makanan itu memanggil.

Pedagang : “ Mas... Mas... ada yang ketinggalan! “ (seru pedangang itu sambil melambaikan tangan)
Darto : ( Darto balik badan dan kemudian mendekati pedangang itu ) “ ada apa ya pak?”
Pedagang : “ ini mas, tadi orang tua yang makan disini menitipkan ini untuk diberikan kepada mas” (sambil memberikan pesanan orang tua tadi)
Darto : “ Hah? Uang... yang benar pak, salah orang kali bapak?”
Pedagang : “ tidak mas, tadi kan yang makan disini cuma mas sama bapaknya tadi “
Darto : (sambil menerima uang) “ banyak banget uangnya? Hah... ada kertas terselip ini pak, tak coba baca ya...”
Tulisan di kertas : “ Nak, semoga uang ini dapat mengantarkanmu menuju masa depan yang lebih baik lagi “
Darto : “ Subhanallah.... !!!” (Darto menangis sambil bersujud syukur)

Kemudian Darto mendaftar di universitas negeri terkemuka di Semarang. Sambil menunggu pengumuman, darto tinggal di masjid dekat universitas. Setiap sehabis sholat fardhu dan sholat sunnah, dia selalu berdo’a kepada Allah agar kali ini dapat diterima.

Keesokan harinya pengumuman ditempelkan di depan Rektorat, puluhan ribu calon mahasiswa berdesak-desakan untuk melihat pengumuman, saat Darto berada di kerumunan, banyak calon lain yang melihat sinis kepada Darto, tapi dia tak menghiraukannya. Saat melihat pengumuman Darto ternyata diterima sebagai mahasiswa pertanian, darto langsung pergi ke masjid dan bersujud syukur atas diterimannya menjadi mahasiswa pertanian, dan darto menghubungi pamannya di kampung untuk disampaikan ke ibunya.

Darto : “ Asslamau’alaikum... pak de, alhamdulillah aku diterima sebagai mahasiswa di universitas negeri di Semarang... tolong sampaikan ini kepada ibu ya pak de”
Pak de : “ Oalah le... alhamdulillah, nanti tak sampaikan ke ibu’mu, sekolah seng rajin yo le.. “
Darto : “ nggeh pak de... “ (menutup percakapan dengan rasa gembira menyambut hari esok)

Darto awalnya tinggal di masjid untuk sementara karena untuk menunggu pengumuman, karena para jamaah melihat Darto rajin sholat dan membantu membersihkan masjid, dia kemudian dijadikan ta’mir masjid disitu dan Dartopun menyambut baik.

Hari pertama kuliahpun dimulai, Darto datang kekampus telat 5 menit,

Darto : (sambil mengetok pintu) “ Assalamu’alaikum... pak maaf telat “
Mahasiswa : (sambil berbisik dan sebagian tertawa ) “ eh lihat dech.. kita punya teman yang seperti itu... hahaha... nggak banget dech “
Dosen : “ Kamuuu... baru pertama kali masuk sudah telat, mau jadi apa kamu nantinya, hah!!” (berbicara dengan nada tinggi)
Darto : “ Pak maaf tadi sepeda saya bocor, jadi harus aku bawa dengan jalan kaki kesini”
Mahasiswa : “ hahaha... hari gini mahasiswa masih naik sepeda?” (ejekan sinis para mahasiswa lain di kelas kepada Darto)
Dosen : “ sudah.. sudah.. kam boleh masuk “
Darto : “ terimakasih pak “

Darto masuk dan mencari tempat duduk, dan ternyata kursi yang kosong terdapat di pojok kiri belakang.
Bebrapa hari kuliah, Darto belum juga punya teman sekelas, karena mereka menganggap Darto tidak layak untuk kuliah di universitas negeri terkemuka ini, tapi Darto menganggap mereka tetap sebagai teman, dan Darto tetap belajar walaupun sering di ejek “tonggos, Item, Keriting” dan lain sebagainya.

Setiap makan siang Darto selalu membawa bekal sendiri dan dia makan di tempat duduk dibawah pohon besar tempat favoritnya. Saat makan siang, dia melihat sosok wanita cantik bersama teman-temannya sedang lewat didepannya, wanita itu bisa dibilang anak kelas atas, karena dari gaya berpakaiannya yang modis dan barang-barang bawaannya yang mewah dan teman-temannya yang juga cantik. Darto sejenak berhenti makan dan hatinya bergetar tak seperti biasanya, dan dia belum pernah mengalaminya sebelumnya.

Darto : “ Subhanallah... ada wanita secantik itu, tapi sayang auratnya kelihatan” (kata Darto dalam hati sambil mengikuti langkah wanita itu)

Setelah wanita itu berlalu, Darto mulai melanjutkan makan lagi. Saat masuk kelas selanjutnya, ternyata wanita itu satu kelas dengan Darto.

Darto : (sambil berjalan masuk kelas, dalam hati Darto berkata) “ Hah, ternyata dia satu kelas denganku “ (dalam hati, darto sambil memandangi wanita itu tanpa melihat jalan)
Suara : “ Glubraakk...!!” (Darto menabrak meja dosen)
Mahasiswa : “ Hahaha... woy tonggos, lihat-lihat dong kalau jalan” (kata salah satu mahasiswa yang diiringi tertawaan mahasiswa lain)
Dosen : “ Dartoooo...!!!”
Darto : “ Maaf bu’... maaf... “ (kata Darto sambil berjalan grogi menuju tempat duduknya)

Hati Darto bergetar ketika melirik ke wanita idamannya itu, dikelas dia tersenyum sendiri ketika dia melihat wanita itu. Sampai-sampai dosen yang sedang mengajar menegurnya.

Dosen : “ Darto,..” (panggil dosen tapi Darto tak mendengar)
Dosen : “ Daarto... “ (Darto masih tak menghiraukan)
Dosen : “ DAARRTTOOOO...!!!” (Bentak Dosen sambil menggeplak meja)
Darto : “ hah, iya bu’?” (Darto sekejap kaget dan menjawab sahutan dosen)
Mahasiswa : “ hahaha... wooooo!!!“ (para mahasiswa dikelas menertawakan Darto)
Dosen : “ kamuuu...!!! kenapa kamu tidak memperhatikan saya? Hah?”
Darto : “ Maaf bu’... maaf “ (jawab Darto sambil menundukan kepala)
Dosen : “ kalau kamu tidak suka pelajaran saya, silahkan keluar!!!”
Darto : “ tidak bu’, bukan maksud saya seperti itu, saya hanya sedikit lelah saja” (sahut darto ngeles)
Dosen : “ Lain kali seperti itu lagi awas kamu”
Darto : “Insya Allah tidak bu’” (sahut Darto tegas)

Ketika kelas selesai, Darto begegas menuju masjid kampus untuk sholat ashar, ketika mau berwudhu, Darto melihat wanita idamannya itu duduk-duduk disamping masjid, dalam hati dia berkata “ Cantik, tapi kenapa dia tidak ke masjid dan sholat ya? Malah nongkrong di samping masjid, mungkin belum dapat hidayah dari Allah, hmmm... bagaimana kalau aku bikin dia memakai kerudung dan taat beribadah ya? Mungkin ini prestasi buatku sendiri yang luar biasa, hehehe “ (kata Darto dalam hati sambil menghayal).

Waktupun berlalu dan berjalan seperti biasa, Darto masih dipandang lain oleh teman-temannya, dan masih tersenyum sendiri ketika melihat wanita itu, Darto sekarang tau wanita itu bernama Vanda Cornelia dan ternyata dia non muslim, tapi Darto tetap mengidamkan wanita itu, dan ternyata untuk kali ini Vanda tahu bahwa Darto sering memandanginya.
Vanda : (berjalan cepat menuju Darto) “ Eh... ngapain kamu liat-liat saya? Pake senyum-senyum segala lagi!!!” (bentak Vanda)
Darto : “ Maaf Van... Maaf “
Vanda : “ Eloe itu masih beruntung bisa sekelas sama kita... harusnya loe itu g’ di sini, tepatnya loe itu pantesnya di pinggir jalan, minta-minta atau jadi tukang sapu atau jadi apalah yang cocok sama muka loe!!!” (ejek Vanda)

Tapi si Darto malah memandangi Vanda dengan penuh harapan dan senyuman, dan ejekan Vanda tak dihiraukan
Vanda : “ Eh... ngerti g’ loe?”
Darto : “ Iya Van... “ (sahut Darto tersenyum kagum)
Vanda : “ Ihh.. dasar aneh, yuk cabut” (seru Vanda ajak teman-temannya yang disampingnya)

Darto bisa dibilang anak yang polos dari desa yang berada dilingkungan kampus yang penuh dengan aura glamor, karena sebernarnya orang yang jujur dan tak suka menyembunyikan perasaannya.

Pada saat mata kuliah dimana dosennya terkenal killer, Vanda lupa membawa buku mata kuliah itu, padahal setiap kali pertemuan dengan dosen itu, para mahasiswa diharuskan membawannya, Darto melihat Vanda gelisah didepan kelas, teman-temannya pun tidak mau meminjami buku milik mereka karena takut dihukum, dengan spontan Darto menghampiri Vanda dan teman-temannya.

Darto : “ ini pake bukuku saja, aku masih ada satu lagi kok “(tawar Darto, padahal dia hanya punya satu dan itupun buku hasil foto copyan, karena Darto tak cukup uang untuk membeli yang asli)
Vanda : “hah? Serius loe?” (tanya Vanda)
Darto : “serius...”
Vanda : “ oke, aku pinjem untuk kali ini saja tapi jangan harap aku mau berteman denganmu” (sahut Vanda sambil merebut buku yang ditawarkan Darto)

Kelaspun dimulai, seperti biasa dosen killer itu memulai dengan “ Siapa diantara kalian yang tidak membawa buku mata kuliah saya silahkan keluar dan setelah kelas ini selesai silahkan menemui saya “. Seketika satu kelas terdiam dan semua mahasiswa tertunduk. Tak lama kemudian terdengar suara hentakan kaki berjalan keluar. Ternyata itu Darto, Vanda heran dan berkata sama teman-temannya “lho katanya dia tadi punya satu? Tapi kenapa dia keluar?”. Saat darto mau melewati Dosen itu, si dosen berkata “ setelah ini bertemu saya di kantor dan siapkan segala sesuatu yang kamu tahu tentang mata kuliah ini, karena ada tugas berat buatmu ”, kemudian darto menjawab “iya pak” dan Dartopun berlalu.

Vanda masih merasa heran dengan Darto, dan bermaksud mengembalikan bukunya, dan dia teringat Darto sedang berada dikantor dosen killer itu, saat sampai didepan pintu, Vanda tak sengaja mendengar percakapan Dosen dengan Darto, disitu Darto dimarahi habis-habisan sampai kadang dosen itu menggeplak meja, Vanda yang berada diluar merasa miris mendengarnya, kemudian Vanda menjauh dari depan ruangan itu dan menunggu Darto dijarak yang agak jauh.

Setelah sekitar setengah jam, akhirnya Darto keluar. Vanda yang sudah menunggu diluar langsung menghampiri Darto, tapi Vanda dalam hati terheran dengan ekspresi Darto, karena dia malah tersenyum saat keluar ruangan.

Vanda : “loe kok malah?,.. tersenyum gitu?”(tanya Vanda keheranan)
Darto : “hmm... g’ papa kok,”(jawab Darto sambil tersenyum)
Vanda : (berfikir keheranan sambil memandang aneh Darto kemudian Vanda menjawab) “yaudah nich bukunya, makasih”(Vanda mengasihkan bukunya lalu pergi)
Darto : (dalam hati)”dia tetap cantik... semoga kelak dia dapat berubah”

Hari berikutnya, Darto ketika makan siang tetap ditempat tongkronganya dibawah pohon besar sendirian. Saat itulah Darto sering melihat Vanda lewat, sambil menunggu pujaan hatinya lewat, Darto membaca buku tentang keislaman dan mata kuliahnya. Saat Vanda lewat hatinya berdebar-debar, dia mulai tersipu sendiri ketika melihat Vanda. Teman-teman Vanda melihat Darto yang seperti itu lalu bilang ke Vanda.

Teman Vanda : “eh, Van, lihat tu si Darto, mandangin loe terus tu”
Vanda : “biarin aja, dia memang selalu tersenyum sendiri, orang kemarin baru dimarahin dosen killer, e... malah tersenyum sendiri”
Teman Vanda : “o gitu... hahaha... dasar FREAK!” (ejek teman-teman Vanda)

Setelah makan siang, ada kelas lagi, Vanda dan teman-teman masuk kelas. Tak lama Vanda bertanya kepada teman-teman.

Vanda : “eh kalian liat HP gue ga?”(tanya Vanda sambil menggeledah tasnya)
Teman2 Vanda : “hah? Enggak... emang kenapa?”(jawab teman-teman Vanda penuh tanda tanya)
Vanda : “kok g’ ada ya? Jangan-jangan jatuh? Haduch... itu kan hadiah dari papa,”(jawab Vanda takut)

Tak lama dosen masuk kelas, baru sebentar dosen duduk, kemudian Darto masuk kelas dan berkata.

Darto : ” Van, ini HP kamu, tadi aku temukan di dekat kantin!” (seru Darto di depan kelas)
Vanda dan Teman-teman : “hah? Darto?”

Darto mendekat ke Vanda untuk memberikan Hpnya.
Darto : “ini Van”(sambil tersenyum)
Vanda : “makasih”(sambil menerima Hpnya cemberut)
Teman sekelas : “Cieeee...” (menyindir)
Vanda : (dalam hati)”ihh... kenapa yang menemukan harus Darto”
Dosen : “saudara... saudara, ayo kembali kondusif, kelas kita mulai”

Darto selama pelajaran, tersenyum sipu sendiri, karna telah kembali berjasa kepada Vanda.

Wakru ashar pun tiba, kelasnya Darto sudah selesai, untuk pertama kalinya Darto di musholla kampus dan mendapati belum adzan, kemudian dia adzan, dan ternyata suaranya bagus. Mahasiswa yang mendengarnya terdiam sejenak dan menikmati suara Darto yang merdu, bahkan yang sedang ada kelas, dosennya menghentikan sejenak untuk mendengar adzan. Setelah Darto selesai adzan, muadzin musholla itu datang.

Muadzin : “subhanallah... belum pernah aku mendengar suara sebagus ini, antum mahasiswa disini? Jurusan apa?” (tanya muadzin)
Darto : “ ah bapak, biasa saja pak, saya mahasiswa disini jurusan pertanian”(jawab Darto tersipu)
Muadzin : “hmm... setelah sholat jangan pergi dulu ya, bapak mau berbincang dengan antum”
Darto : “insya allah bisa pak”

Tak lama banyak mahasiswa dartang ke musholla untuk sholat ashar, padahal sebelumnya belum pernah mahasiswa sholat sebanyak ini sampai teras musholla terisi. Seperti yang sudah dijanjikan Darto setelah sholat menemui muadzin.

Muadzin : “ sini duduk”
Darto : “Ada apa ya pak?”
Muadzin : “antum namanya siapa? Dan dari mana?”
Darto : “Saya Darto pak, dari desa di kabupaten Kendal”
Muadzin : “suara antum bagus, dulu dari pesantren ya?”
Darto : “ah bapak ini memuji saya terus, saya tidak mondok pak, hanya saja saya sering adzan di musholla desa saya, ya saya hanya belajar di adzan yang di TV saja pak, kemudian aku modifikasi versi saya gitu pak”(jawab Darto sambil garuk-garuk kepala malu)
Muadzin : “ o gitu... gini to’, bapak ini sudah tua, kelak kalau bapak sudah tidak ada, bapak belum tau yang mau meneruskan adzan disini siapa, dan tadi ternyata jamaah sholat ashar cukup membludak, belum pernah bapak menjumpai jamaah sebanyak itu selama bapak disini,”
Darto : “ Tapi pak, saya sudah di masjid dekat kampus ini pak, ya saya masih ada tanggungan disitu”
Muadzin : “atau gini aja, kamu kan kalau dzuhur dan ashar sholat disini kan? Bagaimana kalau hanya waktu itu saja?”
Darto : “hmmm... bagaimana ya pak? Aku bingung”
Muadzin : “ayolah, memanggil orang sholat itukan mendapat pahala, lagi pula suaramu itu dapat menambah keimanan para mahasiswa disini, jadi mereka setidaknya mau sholat tepat waktu”
Darto : “yaudah pak, insya Allah saya bisa, nanti aku negosiasikan dengan Ta’mir masjid di tempat saya”

Mulai sekarang Darto jadi muadzin di musholla kampus, dan ternyata benar prediksi bapak muadzin musholla jamaah sholat bertambah. Seringnya Darto adzan dengan suara merdunya, Vanda tak sengaja mendengar suara adzan seketika merasa tenang dan damai.

Vanda : “ itu suara siapa ya?”
Taman Vanda : “yang mana?”
Vanda : “itu yang dari musholla itu”
Teman Vanda : “hmmm iya, merdu juga suara itu”

Setelah sholat ashar biasanya Darto kembali ke bawah pohon besar untuk membaca buku dan untuk kali ini mulai menghafal sedikit demi sedikit alqur’an. Dia menghafal terkadang mengeluarkan suara merduanya lirih. Vanda yang kebetulan lewat, kali ini dia sendiri, menghentikan langkahnya dan mendengar suara merdu itu, seketika langsung mencari suara itu, dan menemukan Darto sedang membaca Al qur’an.

Vanda : (sambil mengintip dan berkata dalam hati) “hah? Darto? ,,, “ (sebentar saja kemudian dia pergi)

Vanda yang terus mendengar suara adzan yang merdu itu, tertarik ingin tau yang adzan itu siapa, dan saat adzan dzuhur, dia mencoba mengintip dan ternyata Darto yang sedang adzan. Vanda yang terheran, dalam hati dia berkata “hah? Darto lagi... bagus juga suaranya” kemudian Vanda pergi, karena dia tidak sholat.

Saat kelas mau masuk, Darto sudah ada di tempat duduknya, lagi-lagi ketika dia melihat Vanda menuju tempat duduknya, Darto tersenyum sipu melihatnya. Teman sekelas yang melihat Darto seperti itu dia langsung berteriak. “ Eh Van... ini lho dilihatin si Tonggos!!!” serentak teman-teman sekelas tertawa seakan mengejek. Vanda yang merasa, langsung meletakkan tasnya dengan dibuang ke kursinya, tapi Darto tak merasa direndahkan, dia tetap tersenyum tak menghiraukan ejekan teman-temannya.

Setelah kelas selesai Darto ditemui teman-teman Vanda, Darto di dorong ke tembok.

Teman Vanda : “Eh... item tonggos... maksud loe apa? Liat-liat Vanda dengan mata aneh seperti itu? Malu-maluin Vanda dikelas saja!!!”(bentak teman Vanda)
Darto : “aku Cuma...”
Teman Vanda : “ Cuma apa hah?, gue peringatin loe ya... sekali lagi loe permalukan Vanda di tempat unum, awas, hidup loe gak bakal tenang di kampus ini, ngerti loe...”
Darto : (dengan ekspresi wajah tersenyum) “iya mengerti”
Teman Vanda : “eh ngapain tersenyum gitu... dasar FREAK!!! Ayo cabut, enek gua”(teman-teman Vanda berlalu)

Sejak saat itu Darto jarang menampakkan senyumnya ke Vanda, tapi ada yang aneh, Kejadian kurang beruntung Vanda sering di tolong oleh orang misterius, seperti ketika Vanda mengalami ban bocor pada mobilnya, ketika dia mau pergi mau mengundang tukang tambal ban, ternyata tukang tambal bannya sudah ada disampingnya dengan peralatan lengkap. Ketika Vanda lupa mengerjakan tugas, saat dia masuk di kelas, ternyata di kursinya sudah ada tugas yang sudah jadi dengan nama Vanda Cornelia. Ketika Vanda sakit di rumah sakit, setiap dia bangun pagi, dia menemukan bunga yang ada tulisannya “Semangat Vanda!!! Kamu pasti sembuh” dengan ada gambar oran tersenyum. Ketika Vanda sembuh, dikamar rumahnya sudah ada obat-obatan penyembuh, dan obat-obatan itu tradisional, ada tulisannya “diminum 2x sehari ya... pasti sembuh”. Dan kejadian aneh lainnya, selama itu Vanda selalu dimudahkan oleh orang misterius itu.

Vanda mulai masuk kuliah, dan kebetulan Darto melintas disamping Vanda,

Darto : (karna tidak mau dianggap mengganggu Darto Cuma menyapa sebentar) “Selamat pagi Van, sudah sembuh ya... alhmadulillah, semoga harimu menyenangkan”(belum dijawab, Darto kemudian berlalu)
Setelah sampai di depan kelas, ternyata ada tulisan besar “Selamat datang Vanda”, Vanda merasa terharu dengan sambutan itu, tapi ditanya teman-temannya tidak ada yang mengaku. Saat pulang, Vanda bertabrakan dengan Darto, dan teman-teman Vanda membentak Darto.

Teman Vanda : “ eh tonggos... jalan yang bener donk!!!”
Darto : “Maaf... “ (kemudian Darto berlalu dengan berlari)
Teman Vanda : “ dasar FREAK!!!”
Vanda : “ sudah... sudah”

Satu bulan kemudian, Vanda sudah sembuh, dan ada kunjungan dari fakultas pertanian dari universitas lain yan g berkunjung ke universitasnya Vanda, dan tak disangka, teman-teman sekelas tidak membolehkan Darto masuk tempat pertemuan. Tapi Darto diluar ruangan tetap bersemangat mengikuti jalannya diskusi dan dia mencatat yang dia dengar. Saat sudah selesai, Darto menyalami tamu yang keluar, teman-teman Darto yang mengetahui hal itu menarik Darto menjauh dari kerumunan, dan berkata “Eh.. loe jangan ikut campur, malu-maluin, lihat baju loe... compang-camping kaya gitu, gak pantes tau ga’”, mendengar temannya seperti itu, Darto tidak sedih sama sekali, dia kemudian mengamati perginya tamu dari kejauhan.

Darto sering diperlakukan tidak adil oleh teman-temannya, karena teman-temannya adalah anak dari orang kaya, jadi ketika ada acara besar Darto disingkirkan agar tidak malu-maluin.

Setelah acara itu, rencananya kampus akan menggelar dies natalis universitas dua minggu mendatang. Segala sesuatunya telah dipersiapkan dari kepanitiaan, peralatan, tamu undangan, penghibur dan sebagainya, dan rencananya akan mengundang Band-band ibukota dan Diva nasional yang sedang naik daun saat ini. Selama pengadaan dies natalis universitas, ini merupakan yang terbesar.

Sehari setelah kedatangan tamu, malam harinya Darto nongkrong di jalan pahlawan dipingir jalan depan makam pahlawan. Dia sering disana setiap ada waktu luang walaupun sendirian, dia disana membawa gitar yang sudah usang, tapi Darto bukan pengemis, dia cuma duduk dan memainkan gitarnya dengan suaranya yang merdu, dan kebanyakan orang lewat memberinya uang yang dilemparkan didepannya. Disana Darto kadang menciptakan sebuah lagu dan puisi, lagu dan puisi yang dia ciptakan kebanyakan seputar tuhan, kerinduannya atas rosul dan tentang keluarganya, dan jarang sekali tentang percintaan.

Tiga hari setelah kunjungan dari universitas lain, fakultas pertanian mengadakan kunjungan industri pertanian di Bandung, lagi-lagi, teman-teman sekelas Darto menyabotase Darto agar dia tidak ikut dan seakan-akan di mata dosen dia memang tidak memungkinkan untuk ikut. Teman-teman Darto menyampaikan kepada Darto bahwa bis akan berangkat siang, tapi sebenarnya bis berangkat pagi. Fakultas hanya memberangkatkan 1 bis besar yang diisi oleh sekelas Darto.

Saat Darto datang ke kampus, ternyata tidak ada siapa-siapa, setelah dia tanya kepada satpam, ternyata bis sudah berangkat empat jam yang lalu, tapi Darto merasa bahwa dirinya yang salah, dia merasa sudah telat. Kemudian dia mencari bis umum jurusan Bandung untuk menyusul rombongan, tapi setelah di cari di terminal bis jurusan Bandung akan datang dua jam lagi, karena dia terburu-buru, dia akhirnya naik bis jurusan Cirebon karena adanya cuma itu. Setelah sampai di cirebon dia ternyata tidak menemukan bis jurusan Bandung di terminal Cirebon, akhirnya dia naik ojek ke jalan menuju Bandung, dia fikir menyicil perjalanan lebih baik dari pada diam, tapi saat dia di daerah pegunungan, dia melihat ada bis yang terperosok ke jurang yang tidak terlalu dalam, dan terbadapat banyak orang tergeletak kesakitan, posisi bis ditutupi banyak pohon (Darto melihatnya saat dia menikmati perjalanan dan melihat ada benda seperti bis), kemudian dia memberhentikan laju ojek, dan mendekati tempat kejadian, ternyata itu adalah bis kampusnya yang terperosok. Kebanyakan mahasiswa mengalami cidera dan untungnya tidak ada korban jiwa.

Darto : “ Astaghfirullah... kalian kenapa? Kok bisa seperti ini?” (tanya Darto kepada teman-temannya prihatin)

Teman-temannya hanya bisa meringik kesakitan

Darto : “ Pak, tolong panggil bantuan!!! Cepat!!!”(pinta Darto kepada tukang ojek sambil meneteskan air mata)
Tukang ojek : “ i i iya mas “(jawab tukang ojek)

Darto kemudian membantu teman-temannya yang masih di dalam bis untuk dikeluarkan dan dibaringkan di tempat yang layak. Darto dengan teliti memeriksa keadaan teman-temannya. Akhirnya bantuan datang, ambulance yang diikuti warga yang desanya jaraknya agak jauh dari lokasi datang untuk menolong, mereka berbondong-bondong ke lokasi kejadian, dan beberapa diantara mereka mulai dibawa kerumah sakit.

Dirumah sakit, Darto menghubungi para keluarga korban dan pihak kampus, sebelum dijenguk oleh keluarga masing-masing, Darto dengan ikhlas membantu teman-temannya yang terbaring untuk bisa memenuhi apa yang dibutuhkan, dia berkeliling ke kamar-kamar yang teman-temannya tempati agar dia tahu apa ada yang belum terpenuhi kebutuhunannya, kadang dia tidak tidur untuk menjaga teman-temanya saat malam hari. Keesokan harinya sebagian keluarga teman-temannya datang, dan disusul pihak kampus. Setelah semua keluarga datang Darto mulai diminta keterangannya oleh kampus, semua pertanyaan dijawab termasuk kenapa Darto naik ojek ke Bandung. Setelah investigasi selesai, Darto teringat untuk menengok ke kamar Vanda, dan keluarganya ternyata sudah ada dan ada seorang laki-laki muda yang kelihatannya adalah pacarnya, Darto dari luar pintu hanya memandanginya dengan tersenyum kecil. “huft alhamdulillah semuanya sudah di tengok keluarga, termasuk Vanda, kelihatannya dia sudah baikan” (kata Darto dalam hati).

Kejadian ini, membuat kelas kuliah pertanian semester awal diliburkan selama tiga hari, karena sebagian mahasiswa hanya luka kecil, dan akan dilaksanakan perkuliahan walaupun mahasiswanya cuma setengah dari jumlah keseluruhan. Saat libur ini Darto seperti biasa nongkrong dipinggir jalan pahlawan dengan membawa gitar. Dia disitu membuatkan puisi untuk teman-temannya dan pertama kalinya dia membuat puisi untuk cewek, yaitu Vanda. Darto dengan keadaannya (muka) seperti itu yang berada dipinggir jalan sering dikira pengemis, padahal dia hanya berkreasi, setelah selesai, sebagian uang yang dikasih, dia kasihkan lagi ke pengemis yang berada di jalan pahlawan.

Dua minggu setelah kejadian kemarin, mahasiswa sekelas Darto sudah banyak yang sudah masuk kelas walaupun sebagian masih terbalut perban, termasuk Vanda yang masuk tapi masih terbalut perban di kakinya.


Darto : (menghampiri tempat duduk Vanda) “bagaimana keadaanya Van?”(tanya Darto)
Vanda : “ ya seperti yang loe lihat, makasih sudah perhatian sama kita” (jawab Vanda jutek)
Darto : “ alhamdulillah... syukur dech kalo gitu”(sahut Darto gembira)
Teman Vanda :” Eh tonggos... makasih sudah perhatian sama kita, tapi jangan harap dengan pertolonganmu ini loe kita bakal baik ma loe!” (seru teman Vanda)
Darto : “hmmm... aku nggak ngarep itu kok, yang penting kalian bisa masuk kelas lagi aku sudah seneng”(Jawab Darto sambil tersenyum)
Teman Vanda : “beneran kalo gitu”
Vanda : “ eiit sudah... sudah, to’, makasih ya, tapi kali ini jangan ganggu kita dulu, silahkan kembali ke tempat duduk loe”
Darto : “ iya Van “

Seminggu lagi, dies natalis akan dilaksanakan, para mahasiswa yang dari kalangan elit mempersiapkan diri agar tidak kelihatan norak saat konser band ibukota dan diva nantinya, termasuk teman-teman sekelas Darto, mereka mulai mempercepat penyembuhannya.

Saat Darto nongkrong di pinngir jalan pahlawan sambil memainkan gitarnya sendirian, dan saat teman-temannya melihatnya, mereka malah menertawakannya.

Teman Darto 1 : “ Eh liat... itu kan Darto? Ngapain dia?”
Teman Darto 2 : “ Wah jangan jangan ngamen?”
Teman Darto 3 : “ hahaha dasar mahasiswa kere, malu-maluin kita aja...”
Teman Darto 1 : “ Eh... pasti teman-teman dari fakultas lain sudah banyak yang liat Darto disini, pasti mereka mengira bahwa fakultas kita diisi oleh orang-orang seperti itu”
Teman Darto 2 : “ iya bener banget, apalagi seminggu lagi kan kita ada acara dies natalies? Wah bisa gawat tuch... masak dia juga masu masuk hall, gue kira jangan dech”
Teman Darto 3 : “ o iya, bagaimana kalo kita sabotase lagi?”
Teman Darto 1, 2 : “oke kalo gitu,”
Teman Darto 3 : “ sekarang kita samperin dia”

Teman Darto1 : “ eh tonggos!” (panggil teman Darto)
Darto : “lho kalian? Ngapain disini?”(sambut Darto kegirangan temannya datang)
Teman Darto 3 : “ loe ga’ usah berlagak gembira gitu dech, disini kita mau ngingetin loe, supaya saat dies natalis nanti, loe ga’ usah ikut masuk hall tempat acara, malu-maluin kita aja, tau gak?”
Darto : “ tapi... “
Teman Darto 3 : “ halah.. gak usah tapi tapian, loe mending disini aja dengan gitar loe, nanti gue kirimi loe rekaman acara aja... hahaha” (ejek teman Darto)
Teman Darto 2 : “ ngerti ga’ loe?”
Darto : “tapi aku cuma mau... “(belum sempat melanjutkan kata-katanya)
Teman Darto 3 : “ eh... pokoknya kalo gue liat muka loe, awas loe, nanti gue minta satpam buat nahan loe agar tidak masuk, ayo cabut!”( teman Darto pergi setelah memaki)

Kali ini Darto tidak seperti biasanya, dia yang biasa tersenyum dalam keadaan apapun, tapi kali ini dia tempak sedih, kemudian dia mengeluarkan sebuah gantungan kunci yang bertuliskan D&A seakan dia punya kenangan dengan gantungan kunci itu.

Setelah teman-teman Darto pergi, datanglah orang tua yang yang memberi uang pada saat Darto mau mendaftar di universitas.

Orang tua : “ lho, Parto?”(panggil orang tua)
Darto : “ hah? Bapak? Ngapain disini? “(sahut Darto senang)
Orang tua : “ haha... ini sedang jalan-jalan saja sama cucu”
Darto : “ bapak masih ingat saya to? Coba tadi nyebut nama saya apa?”(tanya darto)
Orang tua : “ kamu kan Parto yang kita pernah bertemu saat kamu mau daftar itu?”(jawab orang tua itu)
Darto : “ nama saya Darto bapak... Dartoooo... “(tegas Darto)
Orang tua : “ o iya Darto,”
Darto : “ saya mau berterima kasih kepada bapak, berkat bantuan bapak saya bisa kuliah di universitas negeri terkemuka di Semarnag, soal uang itu, nanti pasti saya ganti, tolong beri alamat bapak?”
Orang tua : “tidak usah diganti, tapi jika kamu memaksa, aku punya syarat... “(pinta orang tua itu)
Darto : “ syarat apa itu pak”(jawab Darto penasaran)
Orang tua : “ Jadilah orang besar yang sukses, baru kamu kalau mau ganti”
Darto : “ oke pak!, tapi alamat bapak dimana?”
Orang tua : “kamu tak usah cari aku, datanglah ke tempat makan yang dulu kita ketemu, aku setiap akhir bulan sering makan disitu”
Darto : “ baik pak”
Orang tua : “ yasudah.. aku tak jalan-jalan sekitar sini dulu ya, ini cucu sudah tidak sabar”
Darto : “ silahkan pak”

Kemudian orang tua itu berlalu.

Hari H dies natalis tiba, hampir semua mahasiswa yang kaya datang ke acara itu, mereka beradu dandanan dan barang-barang. Didalam hall sangat meriah, semua bersorak-sorak mengikuti alunan musik dari band-band terkenal ibu kota. Tiba saatnya Diva yang sedang naik daun yaitu Annisa Az-Zahra, dia melantunkan lagu-lagu cintanya dan lagu religinya, semua mahasiswa perempuan berteriak heboh atas penampilan Diva baru itu, dia satu-satunya Diva yang masih muda dan suaranya merdu. Saat lagu yang dinyanyikan selsesai dan mau melanjutkan lagu berikutnya, terjadi keributan di pintu masuk, ada orang mau memaksa masuk hall, sontak diva yang berada diatas panggung memperhatikan kejadian itu, dan dari jauh terdengar suara teriakan “ Az Az...!”, seluruh penonton juga memperhatikan kejadian itu, dan suara itu terdengar lagi, “ Az Az...!”, ternyata suara itu dari orang yang memaksa masuk itu, tak lama, orang itu dapat dikendalikan dan dibawa pergi oleh petugas, salah satu penonton yang berada tepat di depan bawah panggung memberi tahu kepada diva itu.

Penonton : “ tenang, itu hanya mahasiswa katrok yang mau memaksa masuk”

Tapi sang diva terdiam merenungkan sesuatu, beberapa menit sampai penonton pun heran.

Diva : “ Az az...?”(fikir diva tentang kata-kata itu mengingat sesuatu)
Diva : “ kalian tau itu siapa?” (tanya diva kepada semua penonton)

Kemudian salah satu penonton menjawab dari kerumunan.

Penonton 1 : “ iya.. aku tau... itu mahasiswa tonggos yang mau memaksa masuk kesini!!! Hahah”( teriak seru salah satu penonton mengejek)
Penonton 2 : “ itu mahasiswa yang paling dikucilkan dikampussss!!! Hahaha, sudah kere, jelek gak tau diri!!!”

“ hahahaha...” Semua penonton tertawa.

Diva : “ Az az..?, tonggos?”(diva berfikir bingung)
Diva : “ eh.. ada yang tau namanya dan asalnya?” (tanya dive serius)
Penonton : “ namanya Darto GBM, alias Ga’ bisa mingkem, hahaha asalnya dari salah satu desa di Kendal”

Diva : “ hah? Jangan jangan..., apa dia kulitnya hitam dan rambutnya keriting? Dan umurnya kira-kira berapa ya?” (tanya diva kesemua penonton)
Penonton : “ iya div, ya umurnya kira-kira 21 tahun!”(sahut keras penonton dari kerumunan)

Diva : “ nama lengkapnya Darto Supono ya?” (tebak Diva)
Kerumunan penonton : (sambil berbisik satu sama lain) “ lho kok diva tau nama lengkapnya sich? Dari mana?”
Diva : “ apa benar?”(tanya Diva kesemua penonton dengan raut wajah sedih)
Penonton : “ iya div, kok anda bisa...”(belum selesai bicara)
Diva : “ DARTOOOO!!!” (teriak diva dengan berurai air mata)

Kemudian sang diva turun dari panggung dan menuju pintu masuk yang terjadi keributan tadi, penonton pun terdiam dan kerumunan memberi jalan diva untuk lewat.

Sambil berlari, sang diva juga mengusap air matanya yang terus keluar, penonton semuanya bingung, kenapa sang diva bisa seperti itu sedihnya.

Diva : “Dartooo... dartooo!!!”(panggil diva kepada darto yang tidak ada dipintu masuk lagi)
Diva : “pak.. kemana darto pergi?”(tanya diva kepada penjaga pintu masuk sambil menarik baju petugas)
Petugas : “eeh.. tadi tak bawa ke depan pintu gerbang, kemudian saya kunci”(jawab petugas merasa bersalah)
Diva : “kenapa bapak usir dia.... memangnya dia salah apa?”(tanya diva dengan air mata yang terus keluar)
Petugas : “ eehh... tadi ada mahasiswa yang meminta Darto agar dilarang masuk mbak, katanya nanti bisa mengganggu acara”
Diva : “ siapa yang mengatakan seperti itu? Siapaaaaa?” (tanya diva dengan menangis)
Diva : “ Darto, kenapa kamu mesti seperti ini... dari dulu kamu diberlakukan teman-teman kamu tidak adil...”(berkata diva lirih dengan berurai air mata)
Kerumunan : “eh kenapa diva?”(tanya satu sama lain)

Diva berjalan kembali menuju panggung, dia diam sejenak sambil menahan air matanya yang terus keluar dengan memegang mik, penonton pun terdiam, gedung jadi sunyi senyap. Bintang tamu yang tadinya berada di ruang transit pun keluar untuk menyaksikan apa yang telah terjadi di hall. Setelah beberapa menit, sang diva mulai bicara.

Diva : “ aku tak menyangka Darto akan menjadi mahasiswa...” (kata diva sambil bicara tertunduk)
Diva : “ dulu ada seorang anak perempuan yang sangat kaya di suatu desa... anak perempuan itu adalah anak satu-satunya di keluarga, kehidupannya serba terpenuhi, bahkan harus masuk sekolah saja diantar dua pengawal pribadi sampai ditunggu dan diantar lagi pulang kerumah. Semua berjalan sesuatu perintah ayahnya.” (cerita diva kepada para penonton)

Penonton mulai bingung dengan diva, tapi para artist undangan malah penasaran ingin mendengar kelanjutan ceritanya.

Diva : “ waktu itu, anak perempuan itu masih kelas 4 SD, disebuah sekolah elit orang kaya yang berada di kota dekat desa tempat tinggalnya, dia diberlakukan layaknya ratu, sampai memilih teman pun tidak boleh sembarangan. Jika ada yang membuatnya tidak senang sedikit saja, maka pengawal anak itu akan melakukan sesuatu... “
Diva : “ sampai akhirnya anak perempuan tidak bisa bergaul dengan anak sebayanya, padahal disitu juga kebanyakan anak orang kaya... ya seperti kalian ini, anak orang kaya raya... “
Diva : “ setiap malam, anak perempuan ini merasa kesepian, karena dia hanya di kamar saja, semua kebutuhan ada di kamar, sampai akhirnya terbesit fikiran anak perempuan ini untuk kabur dari rumah, heh... padahal masih kecil tapi sudah berfikir seperti itu”(kata diva sambil tertawa kecil)
Diva : “pada pagi hari, anak kecil itu melihat ke jendela kamarnya, dan dia melihat ada anak kecil yang mengantarkan koran ke rumahnya, dan kemudian anak pengantar koran itu pergi lagi, anak perempuan itu berfikir, betapa bebasnya anak itu “
Diva : “yach mungkin karena anak tunggal, jadi perlakuannya dikhususkan “

Penonton masih terdiam dan suasana masih sunyi senyap.

Diva : “hari berikutnya, anak perempuan itu melihat lagi anak pengantar koran itu kerumahnya, sampai beberapa hari anak perempuan itu sering melihatnya tiap pagi”

“ hari berikutnya anak perempuan itu menunggu kedatangan anak pengantar koran di dekat gerbang rumahnya, tak berapa lama anak pengantar koran itu datang dan meletakkan korannya di bagian bawah dalam gerbang, anak perempuan itu dan anak pengantar koran itu saling pandang bingung, kemudian anak pengantar koran itu pergi lagi. Hal ini sering dilakukan anak perempuan itu, sampai akhirnya mereka berkenalan.”

“ seringnya anak perempuan itu di gerbang setiap pagi, membuat pengawal pribadinya mengawasi dan ternyata mendapati ada anak pengantar koran yang berbincang dengan majikannya, seketika pengawal menarik anak perempuan itu masuk kedalam dan menutup gerbang”

“ keesokan harinya, anak perempuan itu tidak boleh keluar kamar saat pagi hari, saat dia melihat di jendela, ternyata dia melihat pengawalnya berbuat kasar sama anak pengantar koran itu, sontak membuat anak perempuan itu berteriak dari jendela “jangan luakai anak itu!!!” dengan berurai air mata” (kata diva mengenang)

“ Sejak saat itu, anak perempuan itu tak lagi melihat anak pengantar koran lagi, karena keadaan yang memburuk, anak perempuan itu memutuskan untuk kabur dari rumah, dia ingin mencari kebebasan yang selama ini belum pernah dirasakan”

“ tak disangka anak perempuan itu bertemu dengan anak penjual koran yang dulu sering kerumahnya, anak perempuan itu menceritakan semua yang dia alami sehingga kabur dari rumah”

“ dengan kebaikan hati anak penjual koran itu, akhirnya anak perempuan itu tinggal bersama dengan keluarga anak penjual koran itu. Anak perempuan itu tidak mau pulang kerumah sampai kapanpun, walaupun keluarga anak penjual koran itu terus memberi motivasi tapi anak perempuan itu tetap tidak mau pulang”

“ akhirnya anak perempuan itu tinggal bersama keluarga anak penjual koran, dia ikut bekerja dengan ibu anak penjual koran itu mencari sampah dan berjualan jajanan didepan rumah, ternyata ibu penjual koran berbaik hati dengan menyekolahkan kembali anak perempuan itu” (kata diva dengan mengusap air mata yang terus menetes)

“ ternyata anak perempuan itu satu kelas dengan anak penjual koran di kelas 4 SD, dari saat itu keduanya mulai akrab, setiap malam mereka di pinggir jalan memainkan gitarnya“

“ anak penjual koran itu sering diejek di kelasnya, tapi dia hanya membalasnya dengan senyuman, dari itu anak perempuan itu menaruh simpati dan belajar tegar darinya, tapi sebenarnya penjual koran itu anak yang pintar di kelas”

“ sampai kelas 6, sikap teman-teman anak penjual koran itu tak berubah, dan pada saat kelulusan ternyata anak penjual koran itu mendapatkan nilai terbaik se-sekolahan, dan dia mendapatkan beasiswa melanjutkan ke SMP, sedangkan anak perempuan itu di urutan ke 12 dari 38 siswa”

“ tak lama setelah kelulusan, ada iklan di TV bahwa ada keluarga yang mencari anaknya yang hilang, dan itu adalah anak perempuan itu. Mengetahui hal itu keluarga anak penjual kotan itu berusaha meyakinkan anak perempuan itu untuk kembali ke keluarganya, karena sudah 3 tahun keluarganya mencarinya”

Para penonton mulai larut dalam cerita sang diva yang membuat mereka terharu.

Diva : “ karena dilema, anak perempuan itu jatuh sakit sampai harus dibawa kerumah sakit, keluarga anak penjual koran itu rela menjual semua perabotan agar anak perempuan itu dapat sembuh, bahkan rumah mereka yang sederhana itu rela dijual jika memang biayanya kurang”(kata diva mengingat dan air matanya tambah banyak)

“ setelah seminggu akhirnya anak perempuan itu sembuh, dan dia mau pulang ke keluarganya. Sebelum pulang, anak perempuan itu dan anak penjual korang pergi ke pinggir sungai untuk mengucapkan perpisahan, dan anak penjual koran itu menyanyikan lagu ciptaannya untuk anak perempuan itu yang dia ciptakan selama 2 tahun dan sebuah gantungan kunci, sebelum berpisah mereka menuliskan nama mereka di sebuah batu besar di pinggir sungai “

“ tulisan di batu itu adalah DARTO & ANNISA, iya ini adalah kisah saya dengan Darto anak penjual koran itu kalian benci dan kalian rendahkan”(kata diva dengan air mata yang tambah banyak)

Para penonton yang notabene adalah para penggemar dan teman-teman Darto tersentak kaget dengan cerita sang diva muda ini.

Diva : “ kalian tau lagu hit saya yang berjudul KAMU ADALAH KEBAHAGIAANKU, itu adalah lagu ciptaan Darto yang dia ciptakan selama 2 tahun, kita memang sudah tidak bertemu lagi setelah lulus SD, aku mulai di sekolahkan di SMP favorit dan memulai karir menyanyiku sedang dia melanjutkan di SMP didesanya”(mengenang)

“ Az Az, itulah nama panggilanku di keluarganya Darto,.. tak kusangka dia akan menjadi mahasiswa dengan kondisinya yang seperti ini... “ (kata diva dengan memuji Darto)

Penonton perempuan matanya mulai berkaca-kaca mendengar kisah antara sang diva dengan Darto.

Diva : “ saat bersama aku sering mendengar do’a Darto, dia sering berdo’a semoga dia menjadi orang yang bisa berguna bagi keluarganya dan bisa memperbaiki rumahnya yang bocor saat hujan... itu do’a yang sering aku dengar... dia hanya menginginkan rumahnya tidak bocor” (tambah diva dan tangisannya semakin besar)

Sebagian besar penonton mulai meneteskan air mata dengan kisah Darto.

Diva : “ sekarang akau mau tanya? Siapa diantara kalian yang pernah disakiti oleh Darto?” (tanya keras diva dengan berurai air mata)
Diva : “ ayooo jawaabb!!! Siapa?” (seru diva kepada penonton)

“ jika ada yang tersakiti, silahkan lampiaskan kepada sayaaaa.... silahkan!!! Siapaaaa?” (tegas diva dengan terus bertambahnya air matanya)

Para penonton pun berurai air mata, karena mereka teringat saat menyakiti hati Darto terus menerus, padahal Darto selalu membalas dengan senyuman dan pernah menolong mereka.

Diruangan yang terisi banyak mahasiswa itu mulai ramai oleh suara tangisan mahasiswa yang pernah menyakiti Darto bahkan satpam dan artist tamu pun meneteskan air matanya mendengar hal itu.

Sang Diva dengan tangisannya sekali terucap “ Kenapa dari dulu teman-temanmu jahat terhadap mu Dartoooo” (ucap lirih dengan nada tangisan diva)

Kemudian sang Diva turun dari panggung dan berlari menuju pintu gerbang dengan mengusap air matanya, bermaksud untuk mencari Darto. Dia berlari keluar dengan pakaian panggungnya, tak peduli apa yang terjadi. Para panitia dies natalis mengikuti diva yang panik mencari jejak Darto yang sudah tiak ada di tempat.

Keesokan harinya Darto datang ke kampus dan mulai masuk kelas, ternyata di kelas dia disambut meriah oleh teman-temannya dengan tepuk tangan, sebagian teman masih terharu mendengar cerita tentang Darto dengan diva tadi malam. Darto bingung dengan apa yang terjadi.

Darto : “hah? Ada apa ini?” (kata Darto bingung dengan sedikit senyumannya)

Teman-teman darto yang laki-laki mulai memeluknya,

Darto : “ sebentar... ada apa ini sebenarnya?” (tanya Darto kepada teman-temannya)

Kemudiian dari belakang kerumunan teman-teman sekelas, munculah sang diva.

Darto : “ hah? Az Az...?!”(Darto terkejut riang)
Darto : “kamu kenapa bisa...”
Diva : (berlari dan memluk Darto) “ bagaimana kabarmu?” (tanya Diva dengan mata berkaca-kaca)
Darto : “baik... kamu masih kenal aku?” (tanya Darto penasaran)
Diva : “ kamu fikir aku akan lupa dengan orang yang telah berjasa banyak kepadaku?” (jawab diva dengan candaannya)
Darto : “ alhamdulillah....”(seru Darto riang)

Darto : “ lho itu...” (tanya darto dengan menunjuk kalung diva)
Diva : “ iya ini gantungan kunci yang kamu beri dulu saat aku mau pergi, pengaitnya aku lepas, dan ku jadikan kalung “ (jawab diva dengan memegang kalung yang bertuliskan D&A)
Darto : “ hah? Ternyata kamu masih menyimpannya...” (tanya Darto)
Darto : “ini aku juga masih menyimpannya, kamu tahu artinya D&A?”(tanya Darto)
Diva : “ Darto & Annisa... iya kan?”(jawab diva)
Darto : “ bukannn... tapi Darto & Az Az... hahaha”(jawab darto bercanda)
Diva : “ iihhh... sama aja tau” (kata diva sambil memukul-mukul ringan lengan Darto)

Dari belakang teman Darto berseru.

Teman Darto : “Darto .... Kami minta maaf atas perlakuan kami selama ini, kami minta maaf yang sebesar-besarnya, kami mengaku salah... maukah kamu memaafkan kami?”

Darto : “ Teman-teman... “(kata Darto dengan mata berkaca-kaca)
Darto : “ sejak awal aku masuk kuliah, satu kelas dengan kalian... aku tidak pernah menganggap perkataan atau perlakuan kalian terhadapku itu menyakitkan, aku sudah biasa dengan itu semua... aku dari dulu tanpa kalian meminta maaf aku sudah memaafkan kalian kok”(jawab Darto dengan senyumannya)

Sebagian teman Darto mendengar seperti itu mulai terharu, terutama yang sering menyakiti Darto.

Teman-teman : “ hatimu sungguh mulia Darto... “

Kemudian teman-teman Darto bertepuk tangan atas kebaikan Darto itu.

Darto dan diva pergi ke sungai kenangan mereka, dan batu kenangan mereka masih ada, tapi tulisannya sudah mulai memudar. Mereka disana mengenang masa lalu mereka yang saat itu diwarnai keakraban pertemanan, keduanya bercerita tentang keadaanya saat ini dan keinginannya kedepan.

Sejak saat itu Darto di berlakukan layaknya mahasiswa seperti mahasiswa yang lain. Sekarang dia ada yang menemaninya saat duduk di bawah pohon besar, dan Darto masih tersenyum sendiri ketika melihat Vanda lewat.

Vanda dan teman-teman : “selamat pagi Darto” (sapa mereka dengan melambaikan tangan)
Darto : “ selamat pagi juga “ (jawab Darto dengan masih menampakan wajah terkagumnya pada Vanda)

Kisah Darto ini kemudian di buat film oleh PH terkenal yang dibintangi langsung oleh sang diva dan dibantu oleh artist tamu yang pernah diundang di kampusnya Darto saat dies natalis. Sambutan dari masyarakat dan terutama pihak universitas sangat bagus.

Saat peringatan hari pendidikan nasional Darto diundang untuk menerima penghargaan dan diserahkan langsung oleh rektor, padahal rektor universitas ini jarang muncul didepan umum kecuali ada acara besar, dan ini muncul untuk menyerahkan penghargaan kepada Darto.

Tak disangka, saat Darto sudah siap menerima penghargaan, datanglah sang rektor, semua mahasiswa menyaksikan dengan hikmat, karena mereka juga jarang melihat sosok rektor yang sulit mereka temui, ternyata rektor universitas terkemuka ini adalah orang tua yang memberi Darto uang saat mau mendaftar kuliah. Darto pun kaget tak karuan.

Darto : “ bapak?” (Darto terkejut dengan ekspresi tak percaya)
Rektor : “ hai Parto... “ (sambut rektor dengan menjulurkan tangganya untuk bersalaman)
Darto : “ ternyata bapak adalah...”(kata Darto terbata seakan tak percaya)
Rektor : “ kenapa? Masih belum percaya? Iya inilah orang tua yang kamu temui di warung dan dipinggir jalan pahlawan waktu itu” (jelas rektor)
Darto : “ tak kusangka bapak rektor universitas terkemuka ini”
Rektor : “ apa rektor harus berpenampilan elegan terus? Yang kadang sesekali menjadi orang biasa, hahaha... “
Rektor : “ Parto, ternyata prediksiku benar akan dirimu “
Darto : “ saya Darto bapaak...”
Darto : “maksudnya prediksi?”(tanya Darto)
Rektor : “ auramu saat kita pertama kali bertemu itu, menunjukan semangat belajarmu, sehingga aku mau membantumu untuk masuk universitas ini,”
Darto : “ hah? Apa benar begitu? Untuk ujian seleksinya juga bapak yang meloloskan saya?”
Rektor : “ tidak, saya hanya membantu finansial waktu itu saja, tidak lebih, tapi dananya cukup untuk kebutuhan kuliahmu kan?
Darto : “alhamdulillah cukup pak, saya tidak tau kalo tidak ada bapak pada waktu itu, Allah telah membantu saya lewat bapak”
Rektor : “ hahaha...”
Kemudian rektor menyerahkan penghargaan mahasiswa terbaik tahun ini kepada Darto berupa piala, sertifikat dan uang pembinaan. Tepuk tangan meriah dari peserta upacara mewarnai penyerahan penghargaan itu.


Selesai







Intermezzo

Masih diatas panggung.
Rektor : “o iya Parto... sekarang kamu sudah jadi orang terkenal di kampus, kita kan sudah sepakat jika kamu besar maka kamu mau mengembalikan uang saya?sekarang mana?”(sambil menadahkan tangan)
Darto : (dengan membawa piala dan sebagainya)“ hah?”






Tidak ada komentar:

Posting Komentar